Latest Article Get our latest posts by subscribing this site

Mempolitikkan Agama

Politik agama sama-sama menguntungkan yang menyerang dan yang diserang dan sama-sama merugi juga. Politik agama bisa dimulai dari korban yang memancing serangan, agar dapat diuntungkan. Atau dimulai dari penyerang untuk merugikan korban. Cara yang pertama yang sulit dilihat. Semua Negara, Ideologi dan Parpol Mempolitikkan Agama... Baca Di Sini

Pater Beek dan Komplotannya: Dinasti Politik Terkuat Indonesia dan Snouck Hurgronje-nya Zaman Orba dan Reformasi??

Jumat, 11 Oktober 2013

DIASPORA MURID PATER BEEK DAN KAUM SOSIALIS
http://meilono.50webs.com/politik/diaspora.html

Murid-murid Pater Beek yang dulu mendorong kelahiran Golkar,
Kini banyak masuk ke PDIP perjuangan.
Apa sasaran mereka? Kristenisasi?
Kecemasan akan terjadinya marjinalisasi umat kristen/katolik pernah di tulis dengan baik oleh mantan anggota dewan direktur CSIS J Soedjati Jiwandono. Ia menangkap, sejak sebelum pemilu 1992, ada kecemasan diantara kalangan katolik, tentang prospek peranannya di masa depan. ;

Gejala marginalisasi itu katanya, dilihat umat katolik dari berubahnya Golkar dan suasana anggota DPR/MPR setelah Pemilu 1992. ”Disitulah [Golkar dan DPR?MPR-Red] banyak orang Katolik sejak awal orde baru berpartisipasi dalam kehidupan politik,” tulis Soedjati dalam bukunya ‘Gereja dan Politik’.

Tokoh katolik lainnya Romo Dick Hartoko, pernah menuturkan tentang keterlibatan seorang pastur dari ordo Jesuit Pater Beek, dalam pembentukan Golkar. ”Awal mula dari Golkar adalah ide seorang romo Jesuit Beek,” ujar Dick seperti ditulis tempo. Menurutnya, Beek punya kedekatan dengan salah seorang pendiri CSIS Ali Moertopo, yang ketika itu aktif di Opsus dan BAKIN.

Sumber tekad yang dekat dengan kalangan militer menuturkan, di seputar 1950-an, Pater Beek telah banyak mendidik Sarjana Katolik yang militan. Pendidkan dilakukan di asrama mahasiswa Realino, yang terletak di Yogyakarta. Pusat pendidikan kemudian dipindah ke Klender Jakarta Timur, melalui wadah Yayasn Samadi.

Dalam buku ‘Soemitro dan Peristiwa Malari’, mantan Pangkopkamtib ini pun menyebut-nyebut nama Pater Beek. Soemitro mengungkapkan, ia menerima banyak laporan tentang siapa di belakang studi bentukan Ali Moertopo. Laporan yang di terimanya menyebut, lembaga itu dibentuk Ali bersama Soedjono Humardani, sebagian golongan katolik, dan sekelompok orang Tionghoa yang umumnya berafiliasi ke Pater Beek.Tak bisa di pungkiri, lembaga yang di maksud Soemitro adalah CSIS.

Masih menurut Soemitro, hubungan Pater Beek dengan orang Katolik lainnya tak selamanya serasi. Bahkan, mantan pejabat beragam Katolik juga tak menyukai kelompok Beek ini. Dick Hartoko pun mengakuinya. Dick sendiri cuma mau mengamati gerakan Beek ini tanpa terlibat.

“Jendral Sutopo Yuwono menurut pengakuannya pernah meminta Vatikan supaya Pater Beek dipindah dari Indonesia”. tutur Soemitro. Beek pun sempat ditarik, tapi tak lama kemudian balik lagi pada 1974, tahun ketika peristiwa Malari meletus.

Sumber tekad mengungkapkan, menjelang peristiwa Malari, BAKIN menemukan suatu dokumen yang terkenal dengan nama dokumen Pater Beek, yang berkaitan dengan tragedi itu. Dokumen ini menyebutkan beberapa nama yang terlibat dalam organisasi itu. Nama–nama itu antara lain Liem Bian Kun, Cosmas Batubara, Thomas Suyatno, Leo Tomasoa, Batubara, Fredi Latumahina, Harry Tjan Silalahi dan Jacob Tobing.

Beberapa nama tersebut, kini masih banyak yang aktif di Golkar.Tapi ada juga yang di PDI Perjuangan, seperti Jacob Tobing.Tapi ketua PPI ini menolak bila dikatakan punya kaitan dengan Beek. ”Itulah yang membedakan saya dengan kader lainnya” tuturnya.

Sumber tekad di tubuh PDI Perjangan, Jacob memang tak begitu menonjolkan gerakan katoliknya. ”Ia lebih mirip sebagai seorang Kapitalis Demokrat, yang mirip kebanyakan orang PSI,”tuturnya.

Maka itu, kata sumber ini, Jacob pun mudah membangun jaringan dengan sosialis lainnya. ia menyebut di tubuh PAN ia banyak berhubungan dengan Christianto Wibisono dan Goenawan Mohammad di Golkar dengan Fredi Latumahina dan Marzuki Darusman. Di lingkaran Habibie dengan Adnan Buyung Nasution, serta pengusaha James Riadi dan Glenn Yusuf. Hubungan sejenis juga terjalin dengan pengusaha Jacob Oetomo.

Sementara di PDI Perjuangan, Kelompok Jacob ini berkolaborasi dengan sayap Protestan dan Purnawirawan militer seperti Sabam Sirait dan Theo Syafei. ”Mereka bekerjasama pula dengan orang sosialis seperti Arifin Panigoro, tuturnya sementara Meilono, ia diidentifikasi sebagai orang-orang bergaris PNI yang khas gaya Moh Hatta yang juga cenderung sosialis.

Kelompok–kelompok inilah, kata sumber yang pengurus DPP PDI-P ini, mampu menyudutkan kader-kader. Mereka, katanya, berhasil memberi masukan langsung ke Mega, ataupun lewat Taufik Kiemas. “Adanya kelompok-kelompok semacam inilah yang melahirkan banyaknya caleg non-muslim. Meski sebenarnya itu hanya akses,” tutur sumber ini.

Sumber ini telah mengingatkan Mega bahayanya bagi PDI bila memakai orang-orang ini. “tapi Mega tak berdaya,” ujarnya. Menurutnya, gerakan kelompok kapitalis demokrat dan sosialis ini, memang tak beda jauh dengan kelompok Beek di masa Orde Baru. Hanya saja, tujuannya bukanlah Kristenisasi, melainkan eksistensi kelompok dan kepentingan ekonomi. Perbedaan lainnya, yang kini lebih dominan pun bukan lagi katolik, tapi protestan.

Selain itu, kata dia, pengaruh purnawiran milliter ditubuh partai ini tak bisa dianggap enteng. Ia mensinyalir, mereka masih menjalin hubungan dengan KBA (keluarga besar ABRI), yang kini berada di hampir seluruh partai peserta pemilu. ”Belum lama ini purnawirawan militer di berbagai partai itu kumpul,” ujarnya.

Terhadap berbagai sinyalemen ini Jacob tegas menolak. “Tidak bisa kita menganalisa separti itu. Itu keliru. Saya tidak mempunyai basis PSI sama sekali,” paparnya kepada tekad.

Pengamat politik dari UGM Affan Gaffar pun melihat kemiripan antara PDI Pejuangan sekarang, dengan Golkar diawal Orde Baru. Parameter yang dipakainya, kesamaan dominasi Kristen/Katolik, yang tercemin dalam susunan DCT.

Pengamat politik dari LIPI Indira Samego, menilai dominasi tersebut punya tujuan laverage politic, untuk mempengaruhi kebijakan negri ini dimasa mendatang. “Jangka pendeknya ya mengurus Habibie,” ujarnya.

Apakah dominasi itu ingin memainkan Islam politik gaya ICMI? Meliono Suwondo berani menjamin hal itu tak akan terjadi. “Saya tak bisa jamin mereka akan mengembangkan agama mereka. Tapi saya berani jamin mereka tak akan melakukan Kristen politik lewat PDI Perjuangan,” ujarnya. Bahkan, janjinya, sebagai seorang muslim ia akan berusaha keras membentengi Mega bila hal itu terjadi.

Tentang banyaknya caleg-non muslim itu sendiri Meliono punya alasan lain. Ia melihat, dalam kenyataannya banyak kader Muslim yang bagus tak masuk PDI. Hal itu, menurutnya, karena berkembangnya pandangan PDI itu tidak Islami. Sehingga kader Muslim yang baik lebih suka lari ke partai lainnya. “kalau ada kader Muslim yang bagus disini ya pasti dijadikan caleg,” tuturnya. Anehnya adik Gus Dur yang ketua PDI Perjuangan justru tak masuk caleg.


Sumber

Sekulerisme: Ritual abuse of children: a hidden and under-reported crime

Jumat, 20 September 2013

Witchcraft-based abuse first came to national consciousness with the murder 12 years ago of Victoria Climbié by her guardians. After her death it emerged that the police and other authorities had missed several opportunities to step in and save the eight-year-old. Her death led to a public inquiry and produced major changes in child protection policies in England.

Since Climbié's murder, agencies have learned a great deal more about the ritualised abuse and torture of children. But figures collated by the Metropolitan police merely scratch the surface, detectives believe, of a hidden crime that is still under-reported.

In the past 10 years police in greater London have investigated 83 incidents of child abuse and torture linked to witchcraft and other religious rituals. Of these children, four – including Kristy Bamu – were murdered during ritualised violence. One police source said more cases of this kind were coming to light – either because the problem was increasing or because the light shone on the issue had led to increased reporting of incidents.

The horrific cases of child abuse are often familial and often emerge from within the African diaspora. While most of the child killings have led to perpetrators being brought to justice, others remain mysteries.

One of those murdered was "Adam", a boy aged between four and eight whose torso was found in the Thames in 2001. His killers have never been found and, after lengthy inquiries, detectives are convinced he was killed in some kind of religious ritual.

In 2005, four years after Adam's body was found, two women and a man were convicted of child cruelty for torturing and threatening to kill an orphaned refugee who they claimed was a witch.

Known as Child B to protect her identity, the young Angolan girl was cut with a knife, beaten with a belt and shoe and had chilli peppers rubbed in her eyes to drive the devil out of her. The eight-year-old was also sealed in a laundry bag and told she would be thrown away into a river.

The child, who had been brought to Britain in 2002 after her parents were killed in Angola, was found shivering in her bare feet on the steps outside a council flat in Hackney, east London, where she suffered her ordeal. She later told police that she had been surviving on tea and bread.

Ritualised abuse involves witchcraft-style exorcisms within many different cultures, including Caribbean, Congolese and Asian communities, according to the Met.

The police set up Project Violet seven years ago to target the problem and work with other agencies to raise awareness of children at risk.

But detectives know that Kristy Bamu will not be the last child to suffer this kind of torture and abuse.

"We know this is an under-reported crime, we know this is a hidden crime," said Det Supt Terry Sharpe, head of Scotland Yard's child abuse investigation command.

"That is why Project Violet is working with communities to try to raise the awareness within the community and among professionals so people can see the danger signs."

The task is challenging. Only a few days before Kristy Bamu's murder another young child lost her life as a result of ritualised abuse. The four-year-old girl was found stabbed to death in the kitchen of her east London home a few days before Christmas 2010. Her heart and other organs had been cut out and strewn around the flat and her mother, Shayma Ali, was found chanting by her daughter's body. Ali later pleaded guilty to manslaughter on the grounds of diminished responsibility.

Radical Muslim group run by Israeli Jews!

So for years on end no Muslim group, “radical” or otherwise, has threatened Matt and Trey or Comedy Central about the image of Muhammad that has been available for all to see every single day.

All of a sudden last week a group called “Revolution Muslim” threatened violence against Comedy Central if they aired an image of Muhammad which forced Comedy Central to censor the show and now you have even liberals talking about those “radical Muslims” and their threats of violence.  Karl Rove couldn’t have done it any better.

More

Buddhist radicals attack Christian church in Sri Lanka

Led by a Buddhist monk, a group of radical Sinhalese Buddhists attacked a Protestant church in Sri Lanka during a prayer service, according to media reports. The pastor and his mother were injured in the attack.

A Buddhist attorney told AsiaNews that “such attacks show that there is a political agenda that aims to unite the Buddhists.”

Earlier this year, a Catholic bishop warned of the rise of a “Buddhist Taliban” in Sri Lanka.

The nation of 21.5 million is 69% Buddhist, 8% Muslim, 7% Hindu, and 7% Christian; almost all Christians are Catholic.

More

Istilah Baru Dalam Politik Agama: Jihad Seks



Berita ini sebenarnya sudah merupakan berita lama lihat di sini.  Lalu menurut media ini dibicarakan langsung oleh Menteri Dalam Negeri Tunisia. Berita ini dapat dikatagorikan berita politik agama, karena saat ini Tunia sedang dipimpin oleh kalangan islamisme yang sedang berhadapan dengan islamisme yang lain. Walaupun berita ini mungkin saja berasal dari isme yang lain.


Wanita Tunisia Ber-'Jihad Seks' di Suriah

Sejumlah wanita Tunisia melakukan "jihad" tak biasa. Menurut Menteri Dalam Negeri Lotfi Ben Jeddou, para wanita ini pergi ke Suriah untuk menghibur pejuang oposisi yang tengah bertempur menggempur rezim Bashar Al-Assad.

Di sana, mereka mengobarkan "jihad seksual" dengan  melakukan hubungan badan dengan 20, 30, atau 100 laki-laki. "Setelah itu, mereka kembali ke Tunisia dalam keadaan hamil," katanya.

Ben Jeddou membeberkan fakta ini di Majelis Konstituante Nasional pada hari Kamis. Namun, ia tidak merinci jumlah wanita yang kembali dalam kondisi ini. "Yang jelas mereka menyatakan langkah mereka sebagai jihad al- nikah dan pulang dengan berbadan dua," katanya.

Jihad al-nikah, yang memungkinkan hubungan seksual di luar nikah dengan banyak pasangan, dianggap oleh beberapa aliran Sunni Salafi garis keras sebagai bentuk sah dari perang suci. Media France 24 menyatakan jumlah perempuan Tunisia yang berjihad dengan cara ini mencapai ratusan orang.

Ben Jeddou juga mengatakan bahwa sejak ia memangku jabatan pada bulan Maret, dia telah berhasil mencegah enam ribu dari mereka untuk pergi ke Suriah. Yang terakhir, sekelompok gadis Tunisia dicegah saat hendak melakukan perjalanan ke daerah yang dikuasai pemberontak di Suriah Utara untuk menawarkan diri "menghibur" pejuang oposisi.

Christians face threat from radical Hindus

Indian Home Minister Sushilkumar Shinde says his nation faces an increasing terrorism threat from self-proclaimed “right-wing” Hindu groups, and that’s bad news for Christians here.

In a report on India television network NDTV Shinde said ultra-nationalist Hindu groups have formed camps to train operatives to carry out attacks.

“Groups like RSS are a threat to India,” he said.

That would be Rashtriya Swayamsevak Sangh, which states on its website: “Sangh is not a mere reaction to one or another social or political aberration. It represents a corpus of thought and action firmly rooted in genuine nationalism.”

The group states its movement is a response to colonialism and any anti-nationalist movement in India, including religious movements.

William Stark, Asia analyst for the Christian human-rights group International Christian Concern, says the RSS itself confirms the home minister’s statement that it’s a violent group.

“Attacks are common in India. Hindu radicals, generally linked with the group RSS, attack pastors and other Christians for converting to Christianity,” Stark said.

Stark added that one of the tragedies of the growing terrorist threat is that many of the attacks are covered up by the government.

“Often these attacks go uninvestigated by the police. In most cases the police go through the motions of an investigation, but really don’t want to uncover any evidence,” Stark said.

Animesh Roul, an India-based terrorism analyst who directs the Society for the Study of Peace and Conflict, disputes the home minister’s opinion, claiming RSS isn’t really violent.

“RSS is a right-wing Hindu group, but neither violent nor covert. Again, it’s not transnational in nature, but, yes, over the years it sympathizes with Hindu-related issues elsewhere,” Roul said.

“They do some moral policing and of course raise their voice against any misuse/abuse of Hindu gods or goddesses, in Indian culture abroad,” Roul said.

He said RSS mostly is volunteers working for the idea of a Hindu nation.

“The other groups with Hindu angle are Bajrang Dal … and it’s a little vocal,” he said. “However, it shouldn’t be tagged as violent group or terror group.

“There were couple of cases where the right-wing Hindu groups targeted Christians, like in Orissa and the Graham Staines murder case, but it’s rather localized,” Roul said. “When religious conversion or any kind of rivalry is involved, especially if the conversions are to Islam or Christianity, this is when they react.”

But a former navy intelligence analyst-turned-Christian human rights activist disagrees, explaining the RSS is a danger, extending even beyond India’s borders.

He asked not to be named for security reasons.

“RSS even has cells operating in the United States and other countries. They watch the Indian community in the U. S. and see if there is any Christian influence coming from them,” the human rights activist said.

“When they see anything in print or on the Internet that reveals Christian activity in India, they notify their groups in India so RSS can act against the Christian activity,” he said.
 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. The Politics of Religion - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger